Semua bermula pada saat orang-orang Islam hijrah ke Madinah. Mereka berkumpul dan menunggu waktu shalat tiba. Saat itu, tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana caranya memberitahukan umat Islam bahwa waktu shalat sudah tiba. Oleh karena itu, pada suatu hari, Nabi Muhammad Saw. mengumpulkan seluruh sahabatnya untuk berunding. Mereka membicarakan bagaimana caranya memberitahukan saat-saat tibanya waktu shalat dan mengajak umat muslim untuk datang ke masjid melakukan shalat berjamaah.
berbagai usulan berdatangan dari para sahabat Nabi Muhammad Saw. ada yang mengusulkan untuk mengibarkan bendera pada saat memasuki waktu shalat. Apabila bendera sudah terlihat berkibar, orang yang melihatnya harus memberitahukan kepada yang lainnya bahwa sudah tiba waktu shalat. Ada yang mengusulkan untuk meniup terompet seperti agama Yahudi. Ada yang mengusulkan untuk membunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan umat Nasrani. Bahkan, ada yang mengusulkan untuk menyalakan api diatas bukit. Orang yang melihat kobaran api tersebut bisa segera datang ke masjid untuk mendirikan shalat berjamaah.
Semua usulan itu ditolak oleh Nabi Muhammad Saw. sampai akhirnya Umar bin Khathtab mengusulkan untuk meneriakkan kalimat, " Telah datang waktu shalat!" usulan itu dianggap cukup bagus dan diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
Sementara itu, Abdullah bin Zaid bermimpi pada suatu malam. Dalam mimpinya, dia melihat seorang laki-laki dateng kepadanya dengan membawa sebuah lonceng. Abdullah bin Zaid langsung berniat untuk membeli lonceng itu.
"Untuk apa Tuan memerlukan lonceng ini?" tanya pembawa lonceng itu.
"Kami akan memukulnya untuk memberi tahu telah masuknya shalat kepada orang banyak," jawab Abdullah bin Zaid.
"Tuan, maukah saya tunjukkan cara yang lebih baik utnuk memberi tahu waktu shalat?" tanya pembawa lonceng itu setelah mendengar jawaban Abdullah.
"Oh, tentu saja," jawab Abdullah bin Zaid senang.
"Kumandangkanlah kalimat-kalimat ini," kata pembawa lonceng itu sambil mengumandangkan lafaz-lafaz azan.
Dengan perasaan gembira, pagi harinya Abdullah bin Zaid mendatangi Rasullah Saw. dan memberitahukan tentang mimpinya.
"Mimpimu itu mimpi yang bena," sabda Rasullah Saw. kemudian, Nabi Muhammad Saw. memerintahkan Bilal bin Rabah mengumandangkan azan tersebut. Sebelum Bilal melaksanakn perintah itu, tiba-tiba Umar bin Khathtab datang dan menyampaikan mimpi yang sama dengan Abdullah bin Zaid.
Ternyata, mimpi tentang lafaz azan yang dialami oleh Abdullah bin Zaid dan Umar bin Khathtab itu mempunyai persamaan dengan wahyu yang diterima Nabi Muhammad Saw. pada Malam Isra, Nabi Muhammad Saw, dibawa ke langit ke tujuh untuk diperlihatkan dan diperdengarkan azan. Dengan adanya mimpi yang dialami oleh kedua sahabat Nabi tersebut, berarti ada kesamaan yang jelas antara mimpi dengan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.